Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap
kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Metode ilmiah pun
dapat diartikan sebagai prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola
kerja, tata langkah, dan cara tekhnis untuk memperoleh pengetahuan baru atau
menegembangkan pengetahuan yang ada. Karena ideal dari ilmu adalah untuk
memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah
berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai
hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode
ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab,
seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat
dan melahirkan teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengubah sejarah peradaban manusia menjadi
lebih modern. Para ilmuan berhasil mengembangkan mengembangkan ilmu pengetahuan
karena mereka bekerja secara sistematis, jujur dan disiplin. Mereka
mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan itu dinamakan
keterampilan proses.Seseorang yang ingin mempelajari sains diharapkan dapat
menggunakan dan melatih keterampilan proses yang dimilikinya sehingga akan
terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di
alam.
Langkah – Langkah Metode Ilmiah
- Menyusun Rumusan Masalah
- Menyusun Kerangka Teori
- Merumuskan Teori
- Melakukan Eksperimen
- Mengolah dan Menganalisis Data
- Menarik Kesimpulan
- Mempublikasikan Hasil
- Menyusun Rumusan Masalah
Karakteristik Metode Ilmiah
Menurut
sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:
- Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.
- Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
- Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
- Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
- Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
- Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan.
- Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.
- Menyusun Kerangka Teori
- Mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta di lapangan.
B. Tujuan
Penelitian
Tidak semua
kegiatan penelitian itu memerlukan biaya, tenaga, dan waktu. Dalam kegiatan
penelitian memang mengandung kegiatan yang sulit dan melelahkan, tetapi
penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Beberapa tujuan
penelitian diantaranya adalah :
Memperoleh informasi baru.
Penelitian
biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika
dilihat dari aspek sipeneliti. Walaupun mungkin saja suatu data atau fakta
tersebut telah ada dan berada di suatu tempat dalam waktu lama. Apabila fakta
tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti pada
saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan baru.
Contoh data yang sering ditemui dalam kondisi tersebut misalnya adalah fakta
sejarah yang diperoleh di sebuah situs desa Wonoboyo, Klaten. Dari situs
tersebut ditemukan diantaranya peninggalan peradaban masyarakat kuno yang
berupa guci, mata uang, batu permata, dan bagian bawah suatu bangunan yang
merupakan bangunan kuno. Hasil-hasil temuan tersebut menurut para ahli
arkeologi adalah peninggalan pada zaman Mataram kuno.
Mengembangkan dan menjelaaskan
Dengan
melakukan pengembangan dan usaha menjelaskan melalui teori yang didukung
fakta-fakta penunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian
pernyataan sementara yang sering disebut hipotesis.
Menerangkan, Memprediksi, dan Mengontrol Suatu Ubahan
Tujuan
penelitian ini penting dalam aspek akademika karena dengan memiliki kemampuan
yang mencakup menerangkan. Memprediksi dan mengontrol sesuatu, dapat dikatakan
bahwa seseorang tersebut adalah ahli yang memiliki kelebihan apabila
dibandingkan dengan orang awam.
Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah.
Sebenarnya
banyak sekali bentuk dan cara penulisan keilmuan yang dapat kita temui dalam
berbagai pedoman penulisan. Bentuk luarnya bias berbeda namun jiwa dan
penalarannya adalah sama. Dengan demikian maka yang lebih penting adalah bukan
saja mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya melainkan memahami dasar pikiran
yang melandasinya. Bagi seorang maestro penelitian ilmiah pada hakikatnya
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Demikian juga
penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Untuk itu mutlak diperlukan penguasaan
yang baik mengenai hakikat.
keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Demikian juga bagi seorang penulis ilmiah yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis ditulis langsung setelah perumusan masalah, ditempat mana akan dinyatakan postulat, asumsi atau prinsip, sebabn dia tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah (Suriasumantri : 1993).
keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Demikian juga bagi seorang penulis ilmiah yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis ditulis langsung setelah perumusan masalah, ditempat mana akan dinyatakan postulat, asumsi atau prinsip, sebabn dia tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah (Suriasumantri : 1993).
Struktur
penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka
penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang sedang menulis
tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah lainnya, dengan
harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur penulisan ilmiah.
Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan
menguasai hal-hal yang bersifat teknis.
Pengajuan
Masalah
Langkah
pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Satu hal yang
harus disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri
dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang
merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Secara operasional suatu
gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi
tertentu.
Dalam konstelasi yang bersifat situsional inilah maka kita dapat mengidfentifikasikan objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Dalam konstelasi yang bersifat situsional inilah maka kita dapat mengidfentifikasikan objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Ternyata
identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak
sekali. Dalam kegiatan ilmiah berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas
jawaban yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian elainkan kualitas
jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua atau tiga
hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sebuah penemuan yang kurang
dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang
dikembangkan secara kumulatif di mana setiap permasalahan dipecahkan tahap demi
tahap dan sedikit demi sedikit.
Permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya, pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak.
Permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya, pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak.
Perumusan
masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan
apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari
identifikasi dan pembatasan masalah, atau dengan katalain perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah. Massalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah dijawab.
Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu memusatkan pikiran namun
sekaligus mengarahkan juga cara berpikir kita. Bagi kita sendiri sebaiknya
logika berpikir ilmiah itulah yang didahulukan dan dengan demikian maka
struktur penulisannya mencerminkan alur jalan berpikir. Jika postulat, asumsi
dan prinsip dipergunakan dalam penyusunan kerangka teoritis dalam pengajuan
hipotesis maka ketiga pikiran dasar tersebut sebaiknya dinyatakan dalam bagian
kajian teoritis itulah diperlukan pernyataan secara tersurat mengenai
pikiran-pikiran dasar yang melandasi kerangka argumentasi kita.
Penyusunan
Kerangka Teoritis
Setelah
masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah
adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara
terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan
pada hakikatnya adalah mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar
argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat
diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi permasalahan yang diajukan
maka kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat yang membantu kita
dalam menemukan pemecahan.
Agar sebuah
kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumuntasi yang disusun tersebut harus
dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam
membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang
dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Pengetahuan
filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar
yang melandasi teori tersebut dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang
sering kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kedua,
Analisis filsafatidari teori-teori keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut
dengan pembahasan eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang
mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar
disiplin keilmuan tersebut.
Pada
hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan pada
argumentasi berpikir deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai
premis-premis dasarnya. Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar
dalam kerangka argumentasi akan menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran
pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan maka kita merasa yakin
bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan jawaban yang terandalkan. Kedua, dengan
mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah maka
pengetahuan baru yang ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten dengan
tubuh pengetahuan yang telah disusun.
Kerangka
teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan nengkaji berbagai
teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Bahwa produk
akhir dari proses pengkajian kerangka teoritis ini adalah perumusan hipotesis
harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis.
Metodologi Penelitian
Setelah kita
berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan
ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut
secara empiris. Artinya kita melakukan verifikasi apakah pernyataan yang
dikandung oleh hipotesis yang diajukan tersebut didukung atau tidak oleh
kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi
ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan dan analisis data agar
kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan
prosedur dan cara ini disebut metodologi penelitian yang pada hakikatnya
merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.
Metodologi
adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah
pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap
penelitian mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian
tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Pada
hakikatnya proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data dimana
kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan
apakah hipotesis yang diajukan tersebut ditolak atau diterima. Dengan demikian
maka teknik-teknik yang tergabung dalam metode penelitian harus dipilih yang
bersifat cocok dengan perumusan hipotesis.
Penyusunan
metodologi penelitian mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentikasikan variable-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti
- Tempat dan waktu penelitian di mana akan dilakukan generalisasi mengenai variable-variabel yang diteliti
- Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan
- Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian
- Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variable yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik mendapatkan data
- Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.
Hasil
Penelitian
Dalam
membahas hasil penelitian tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang
ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan. Secara
sistematik dan terarah maka data yang telah di kumpulkan diolah, deskripsikan,
bandingkan dan evaluasi yang semuanya diarahkan pada sebuah penarikan
kesimpulan apakah data tersebut data tersebut mendukung atau menolak hipotesis
yang diajukan. Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut
:
- Menyatakan variabel-variabel yang diteliti
- Menyatakan teknik analisis data
- Mendeskripsikan hasil analisis data
- M.emberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data
- Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima
Ringkasan
dan Kesimpulan
Kesimpulan
penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri
dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan
penelitian. Sintesis ini membuahkan kesimpulan yang ditopong oleh suatu kajian
yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam
perspektif yang menyeluruh. Kesimpulan dapat diperinci ke dalam langkah-langkah
sebagai berikut :
- Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian
- Kesimpulan penelitian yang merupakan sistesis berdasarkan keseluruhan aspek
- Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan
- Mengkaji implikasi penelitian
- Mengajukan saran
Abstrak
Abstrak
merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang paling banyak terdiri dari
tiga halaman. Keseluruhan abstrak merupakan sebuah eseiyang utuh dan tidak
dibatasi oleh sub judul.
KRITERIA
METODE IMIAH
Supaya suatu
metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1.
Berdasarkan fakta.
2. Bebas
dari prasangka (bias)
3.
Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4.
Menggunakan hipotesa
5.
Menggunakah ukuran objektif.
6.
Menggunakan teknik kuantifikasi.
6.1.
Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau
kegiatan sejenis.
6.2. Bebas
dari Prasangka
Metode
ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang
lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
6.3.
Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam
memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan
prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya
dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
6.4.
Menggunakan Hipotesa
Dalam metode
ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan
pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh
akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran peneliti.
6.5.
Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja
penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran
tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan
pikiran yang waras.
6.6.
Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam
memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk
artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton,
mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi
ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang
rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran
nominal, ranking dan rating.
Sumber
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sriwijaya : Program Pascasarjana.
http://hadi27.wordpress.com/metode-ilmiah-dan-langkah-langkahnya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar