Rabu, 19 Maret 2014

(Tugas Bahasa Indonesia2) Teori-teori yang berhubungan dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah

PENGERTIAN METODE ILMIAH
" Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol "

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini melalui tahap-tahap berikut:
Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, yang dapat muncul karena adanya pengamatan dari suatu gejala-gejala yang ada di lingkungan.
Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
Menganalisis data (hasil) percobaan untuk menghasilkan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan. 
Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada analisis data-data penelitian. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
Rasa ingin tahu
Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
Tekun (tidak putus asa)
Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.

Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
Sistematik, yang berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :

a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).

b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Sains, suatu proses yang bekerja dengan metode ilmiah, telah banyak memperbaiki pandangan-pandangan manusia. Salah satu keberhasilan itu adalah koreksi atas teori generasi spontan yang telah ada sejak jaman pertengahan. Teori ini menganggap bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk tak hidup. Contohnya, katak muncul dari lumpur, serangga dari sisa makanan, kain kotor yang ditaburi gandum dapat memunculkan tikus, dan belatung berasal dari daging. Setelah bekerja keras melalui penelitian yang panjang, Louis Pasteur, seorang ilmuwan kenamaan Prancis, mengumumkan kesimpulannya yang menggugurkan teori generasi spontan maupun teori evolusi Charles Robert Darwin.

Pasteur mengungkapkan hal berikut: ”Dapatkah materi melakukan pembentukan dirinya sendiri? Tidak! Sampai saat ini tidak ada faktor-faktor yang dengannya orang dapat membuktikan adanya makhluk hidup-makhluk hidup mikroskopis yang dapat hidup di bumi tanpa adanya induk yang menyerupai sebelumnya.”Penemuan-penemuan dibidang sains memperbaiki teknologi. Sementara itu, kemajuan teknologi menunjang pencapaian penelitian.

Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam seminar, diskusi, loka karya, sara sehan, dan penulisan karya ilmiah.

Metode Ilmiah didasari oleh adanya sikap ilmiah. Sikap-sikap ilmiah tersebut meliputi :

1. Obyektif terhadap fakta.

2. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.

3. Berhati terbuka artinya menerima pandangan atau gagasan orang lain.

4. Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat.

5. Bersikap hati-hati.

6. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.

7. Sikap menghargai karya orang lain.

8. Sikap tekun.

9. Sikap berani mempertahankan kebenaran.

10. Sikap menjangkau ke depan.

Didalam melakukan penelitian atau pengamatan tidak terlepas dari kegiatan atau eksperimen. Eksperimen sangat menarik, tetapi sekaligus membahayakan. Untuk itu, kita perlu mempunyai sikap dalam melakukan pengamatan supaya dalam bereksperimen dapat berjalan dengan baik

Sumber
Novianti, Herlins. 2012. “Pengertian Sikap Ilmiah”. Dalam http://herlinsnovianti.blogspot.com/2012/11/sikap-ilmiah-pengertian.html .

Karlina, Alita Linjzia., dkk. 2013. “Makalah Metode Ilmiah, Sikap Ilmiah dan Langkah-Langkah Operasional Metode Ilmiah”. Dalam http://deskamudina.blogspot.com/2013/02/makalah-metode-ilmiah-sikap-ilmiah_12.html .

http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah

http://nabella2326.blogspot.com/2012/06/metode-ilmiah.html

http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/11/07/sikap-ilmiah/




(Tugas Bahasa Indonesia2) Teori-teori yang berhubungan dengan penalaran

Pengertian Penalaran
Penalaran didefinisikan sebagai kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar. Pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar itu biasanya disebut premis .

A. Penalaran Induksi
Penalaran induksi adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran induksi dapat digambarkan dalam diagram berikut

1.1. Penalaran Induksi Generalisasi
Pada penalaran ini kita memerlukan fakta-fakta yang bersifat khusus tentu saja memiliki kesamaan, kemudian kita hubung-hubungkan sehingga mendapatkan kesimpulan.

Contoh :
Emas apabila dipanaskan memuai. Perak apabila dipanaskan memuai. Perunggu apabila dipanaskan memuai. Begitu pula dengan besi, alumunium, platina, apabila dipanaskan memuai. Semua jenis logam dipanaskan memuai. Pengiriman surat permohonan gugatan, jawaban tergugat, replik, duplik, pembuktian, putusan hakim. Hal tersebut merupakan kasus perdata.
 
1.2. Penalaran Induksi Analogi
Dalam penalaran induksi analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik kesimpulan apabila sudah ada persamaan dalam berbagai segi, akan ada pula persamaan dalam bidang yang lain.
 
1.3. Penalaran Induksi Sebab-akibat/ Akibat –sebab
Hubungan sebab-akibat mulai dari beberapa fakta yang menjadi sebab yang kita ketahui. Dengan menghubungkan fakta yang satu yang lain dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat dari fakta itu, atau sebaliknya.
Contoh penalaran induksi sebab-akibat :
Korupsi, kolusi, dan nepotisme mengakibatkan reformasi.
Contoh penalaran induksi akibat-sebab :
Setiap umat hidup rukun. Setiap bangsa Indonesia memiliki adat istiadat. Setiap warga Negara berdeda pendapat tetapi satu tujuan. Setiap warga bermusyawarah untuk mufakat. Setiap bangsa Indonesia memperoleh keadilan yang merata. Ini karena pancasila berusaha menjamin hidup di Indonesia.

2. Penalaran deduksi :
1.1 Penalaran deduksi dengan satu premis
Contoh diambil dari surat Ali Imron ayat 185
Kebakhilan dan Dusta serta balasannya
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Siapa pun orangnya dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surge, maka sunggguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
Paragraf di atas terdiri dari tiga kalimat. Kalimat pertama terdiri dari klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas dapat dijadikan premis :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.

Kesimpulan
1. Manusia akan merasakan mati.
2. Hewan akan merasakan mati.
3. Tumbuh-tumbuhan akan merasakan mati.
4. Makhluk hidup akan merasakan mati.
5. Benda mati tidak akan merasakan mati.
6. Bukan makhluk hidup apabila tidak akan merasakan mati.
7. Benda mati sudah pasti mati.

1.1 Penalaran Deduksi dengan dua premis / silogisme.
1.1.1 Silogisme Kategorial
1.1.2 Silogisme Hippotesis
1.1.3 Silogisme Alternatif

Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yagn menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk memperoleh inferensi yang menjadi pernyataan ketiga. Kedua proposisi yang telah ada disebut premis sedangkan proposisi yang dihasilkan dari inferensi disebut konklusi.

Proposisi : Pernyataan
Inferensi : simpulan yang disimpulkan
Konklusi : kesimpulan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif atau deduktif
Silogisme positif
A. KONSEP DAN SIMBOL DALAM PENALARAN Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

B. SYARAT – SYARAT KEBENARAN DALAM PENALARAN Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.  Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

C. PELATIHAN PENALARAN Penalaran merupakan kemampuan berpikir atau keterampilan intelektual yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan secara langsung dan intensif. Adapun yang dimaksud dengan pelatihan penalaran adalah serangkaian tugas mengerjakan soal-soal atau problem-problem penalaran yang diakukan secara berulang-ulang, sehingga seseorang atau sekelompok orang menjadi lebih terampil di dalam menarik kesimpulan-kesimpulan menurut prinsip-prinsip penalaran.

D. SALAH NALAR
Salah nalar Kekeliruan dalam proses berpikir karena emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan.
Contoh: Menulis adalah keterampilan berbahasa yang paling sulit di antara keterampilan berbahasa yang lain.
 Macam-macam salah nalar
 1. Generalisasi yang terlalu luas. Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar. Semua pejabat pemerintah korup.
2. Kerancuan analogi. Negara adalah kapal berlayar menuju tanah harapan.
3. Kekeliruan kausalitas. Saya tidak bisa berenang karena saya bukan keturunan perenang.
4. Kesalahan relevansi. Saya memilih dia karena dia baik dengan saya.
5. Pembenaran. Semua juga begitu.
6. Kurang memahami persoalan. Pendekatan komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang diarahkan pada bagaimana berbicara.
7. Prestise seseorang. Hendaknya cermat dalam mengutip pendapat orang.




Sumber

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://firna-blog.blogspot.com/2012/03/pengertian-induktif-dan-deduktif.html
http://komunitasfilsafat.blogspot.com/2011/03/apa-itu-penalaran.html Firman, M. Bahasa Indonesia 2B dan 2C. Jakarta : PT. Intimedia Cipta Nusantara, 1977.
Kosasih, E. Kompetensi Ketata Bahasaan. Cermat Berbahasa Indonesia. Cetakan 1. Bandung : CV. Yaama Widya, 2002.

(Tulisan Bahasa Indonesia 2) Konsep penalaran ilmiah dan kaitannya dengan penulisan ilmiah

Pengertian Penalaran
Penalaran atau dalam bahasa inggris disebut reasoning adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi yang baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Berpikir dan Bernalar
Setiap saat selama kita masih bernafas, terutama dalam keadaan terjaga (tidak tidur), kita selalu berpikir. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan dan bertujuan untuk sampai pada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan menalar.

Penalaran Ilmiah
Kemampuan menalarlah yang membedakan manusia dari binatang. Kemampuan menalar ini lah kekuatan manusia yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi hanya terbatas untuk bertahan hidup (survival). Manusia mampu mengembangkan kemampuannya karena dua hal, yaitu yang pertama manusia mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan informasi atau pendapat. Hal yangke 2 manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut kerangka berpikir tertentu.

Ciri-ciri Penalaran : Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.

Cara berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik. Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif manusia dan apa yang diberikan.

Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Deduktif yang berujung pada rasionalisme
Induktif yang berujung pada empirisme

Pengertian Penulisan Ilmiah
Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Dari pengertian tersebut secara awal kita dapat mengenal salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet, di samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.

Konsep penalaran ilmiah dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah 
Penalaran adalah suatu proses berpikir terhadap suatu yang diamati dengan menghasilkan kesimpulan. Sedangkan, penulisan ilmiah merupakan suatu kegiatan penulisan berdasarkan hasil penalaran penulis terhadap permasalahan ilmiah.

Sedangkan pengertian dari Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:

1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.

Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.

Sumber
http://lacusza.blogspot.com/2014/03/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-kaitannya.html http://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://www.slideshare.net/hanyaqhu1/penalaran-26250841
http://suwardjono.staff.ugm.ac.id/buku/teori-akuntansi/36-bab2-penalaran.html


(Tulisan Bahasa Indonesia2) Pemakaian metode ilmiah dalam menjawab pertanyaan pertanyaan ilmiah



Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Metode ilmiah pun dapat diartikan sebagai prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara tekhnis untuk memperoleh pengetahuan baru atau menegembangkan pengetahuan yang ada. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan melahirkan teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengubah sejarah peradaban manusia menjadi lebih modern. Para ilmuan berhasil mengembangkan mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara sistematis, jujur dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan itu dinamakan keterampilan proses.Seseorang yang ingin mempelajari sains diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan proses yang dimilikinya sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di alam.

Langkah – Langkah Metode Ilmiah
  1. Menyusun Rumusan Masalah
  2. Menyusun Kerangka Teori
  3. Merumuskan Teori
  4. Melakukan Eksperimen
  5. Mengolah dan Menganalisis Data
  6. Menarik Kesimpulan
  7. Mempublikasikan Hasil
  8. Menyusun Rumusan Masalah
Karakteristik Metode Ilmiah

Menurut sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:
  • Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.
  • Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
  • Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
  • Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
  • Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
  • Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
  • Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan.
  • Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.
  • Menyusun Kerangka Teori
  • Mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta di lapangan.
B. Tujuan Penelitian

Tidak semua kegiatan penelitian itu memerlukan biaya, tenaga, dan waktu. Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang sulit dan melelahkan, tetapi penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Beberapa tujuan penelitian diantaranya adalah :

Memperoleh informasi baru.
Penelitian biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari aspek sipeneliti. Walaupun mungkin saja suatu data atau fakta tersebut telah ada dan berada di suatu tempat dalam waktu lama. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti pada saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan baru. Contoh data yang sering ditemui dalam kondisi tersebut misalnya adalah fakta sejarah yang diperoleh di sebuah situs desa Wonoboyo, Klaten. Dari situs tersebut ditemukan diantaranya peninggalan peradaban masyarakat kuno yang berupa guci, mata uang, batu permata, dan bagian bawah suatu bangunan yang merupakan bangunan kuno. Hasil-hasil temuan tersebut menurut para ahli arkeologi adalah peninggalan pada zaman Mataram kuno.

Mengembangkan dan menjelaaskan
Dengan melakukan pengembangan dan usaha menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta penunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang sering disebut hipotesis.

Menerangkan, Memprediksi, dan Mengontrol Suatu Ubahan
Tujuan penelitian ini penting dalam aspek akademika karena dengan memiliki kemampuan yang mencakup menerangkan. Memprediksi dan mengontrol sesuatu, dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut adalah ahli yang memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan orang awam.

Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah.
Sebenarnya banyak sekali bentuk dan cara penulisan keilmuan yang dapat kita temui dalam berbagai pedoman penulisan. Bentuk luarnya bias berbeda namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Dengan demikian maka yang lebih penting adalah bukan saja mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya melainkan memahami dasar pikiran yang melandasinya. Bagi seorang maestro penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Demikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Untuk itu mutlak diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat.
keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Demikian juga bagi seorang penulis ilmiah yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis ditulis langsung setelah perumusan masalah, ditempat mana akan dinyatakan postulat, asumsi atau prinsip, sebabn dia tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah (Suriasumantri : 1993).
Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur penulisan ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan menguasai hal-hal yang bersifat teknis.

Pengajuan Masalah

Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Satu hal yang harus disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Secara operasional suatu gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu.
Dalam konstelasi yang bersifat situsional inilah maka kita dapat mengidfentifikasikan objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam kegiatan ilmiah berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas jawaban yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian elainkan kualitas jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua atau tiga hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sebuah penemuan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang dikembangkan secara kumulatif di mana setiap permasalahan dipecahkan tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit.
Permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya, pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak.
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah, atau dengan katalain perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Massalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah dijawab. Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu memusatkan pikiran namun sekaligus mengarahkan juga cara berpikir kita. Bagi kita sendiri sebaiknya logika berpikir ilmiah itulah yang didahulukan dan dengan demikian maka struktur penulisannya mencerminkan alur jalan berpikir. Jika postulat, asumsi dan prinsip dipergunakan dalam penyusunan kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesis maka ketiga pikiran dasar tersebut sebaiknya dinyatakan dalam bagian kajian teoritis itulah diperlukan pernyataan secara tersurat mengenai pikiran-pikiran dasar yang melandasi kerangka argumentasi kita.

Penyusunan Kerangka Teoritis

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakikatnya adalah mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.
Agar sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumuntasi yang disusun tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Pengetahuan filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar yang melandasi teori tersebut dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang sering kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kedua, Analisis filsafatidari teori-teori keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut.
Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan pada argumentasi berpikir deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya. Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam kerangka argumentasi akan menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan maka kita merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan jawaban yang terandalkan. Kedua, dengan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun.
Kerangka teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan nengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Bahwa produk akhir dari proses pengkajian kerangka teoritis ini adalah perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis.
 
Metodologi Penelitian

Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. Artinya kita melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan tersebut didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan dan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut metodologi penelitian yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap penelitian mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Pada hakikatnya proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data dimana kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan tersebut ditolak atau diterima. Dengan demikian maka teknik-teknik yang tergabung dalam metode penelitian harus dipilih yang bersifat cocok dengan perumusan hipotesis.
Penyusunan metodologi penelitian mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
  1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentikasikan variable-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti
  2. Tempat dan waktu penelitian di mana akan dilakukan generalisasi mengenai variable-variabel yang diteliti
  3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan
  4. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian
  5. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variable yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik mendapatkan data
  6. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.
Hasil Penelitian

Dalam membahas hasil penelitian tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan. Secara sistematik dan terarah maka data yang telah di kumpulkan diolah, deskripsikan, bandingkan dan evaluasi yang semuanya diarahkan pada sebuah penarikan kesimpulan apakah data tersebut data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut :
  1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti
  2. Menyatakan teknik analisis data
  3. Mendeskripsikan hasil analisis data
  4. M.emberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data
  5.  Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima
Ringkasan dan Kesimpulan

Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini membuahkan kesimpulan yang ditopong oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Kesimpulan dapat diperinci ke dalam langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian
  2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sistesis berdasarkan keseluruhan aspek
  3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan
  4. Mengkaji implikasi penelitian
  5. Mengajukan saran
Abstrak

Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang paling banyak terdiri dari tiga halaman. Keseluruhan abstrak merupakan sebuah eseiyang utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul.
KRITERIA METODE IMIAH

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka (bias)
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.

6.1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

6.2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

6.3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

6.4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

6.5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6.6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

Sumber 

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sriwijaya : Program Pascasarjana.
http://hadi27.wordpress.com/metode-ilmiah-dan-langkah-langkahnya/